Malam-malam ini menyesakan dada. Bayangan wajahmu masih terlintas anggun dalam hati dan pikiranku. Sepenuhnya berkuasa dan enggan menjauh. Tidak dengan diriku. Yang selalu mencoba menjauh dari semua tentangmu. Yang selalu mencoba pergi dari perasaan itu. Aku lelah...
Kesedihan ini teramat larut dan dalam. Air mataku tak terhitung puluhan liter terbuang percuma. Aku tetap saja berhenti di tempat yang sama, mengenangmu. Meratapi nasib kisahku yang pilu. Aku teramat lelah...
Beribu kali kukatakan, aku pasti bisa melupakanmu. Membuang jauh kenangan bersamamu. Menghapus nama dan bayanganmu dari hati dan otakku. Aku geram dengan perasaan duka yang menyelimuti keseharianku. Aku juga ingin bahagia meski tanpamu. Seandainya ada obat instan untuk mengobati luka hatiku, tentu saja aku sudah membelinya di toko terdekat. Sayangnya, hanya waktu yang mampu memulihkan keadaanku. Entah sampai kapan aku tak tahu. Mungkin seratus tahun lagi. Itu pun jika aku masih hidup.
Aku hanya pasir di pesisir laut. Terhempas ombak dan terinjak. Nikmati saja. Hidup kadang tak seindah yang diinginkan. Jika aku bisa membuat cerita dengan ending yang indah, mungkin itu hanya ada dalam mimpi.
Berharap pelangi mampu menggantikan sejuta senyumku yang hilang. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar