PANITIA HUT OFFICE
ALBIO VARGASBARA
Usai menyantap makan siang, Bu Tira meneleponku. Dia memintaku dan Eversit ke ruangannya sekarang. Duh, ada perkara apa lagi ya? Mau kasih SP-2? Perasaanku mendadak jadi tidak enak nih. Atau, jangan-jangan dia mau memberikan ucapan selamat ulang tahun untukku? Ah, rasanya tidak mungkin.
Atau, justru dia mau kasih kejutan, “Albio, karena kamu ulang tahun hari ini, saya beri kamu tiket liburan ke Bali selama seminggu.” Ah, kurasa itu juga tidak mungkin terjadi.
Daripada asal menebak dan mengira-ngira, lebih baik aku ke ruangannya saja.
“Rist, lo suruh ke ruangan Bu Tira. SEKARANG! Gak pakai nanti!” Aku pura-pura santai di bangkuku. Tidak ingin Everist panik lantaran aku dan dia saja yang dipanggil.
“Gue doang? Anterin yuk!”
Hah? Everist minta aku mengantarnya? Kan aku lagi ngerjain dia. Aku ingin dia sampai duluan ke ruangan Bu Tira, lalu Bu Tira bertanya, ‘Albionya mana?” Dan kemudian Everist bingung.
“Ayo, Bio, anterin gue. Kan dia sayang banget sama lo.”
“Ogah, orang lo yang dipanggil.”
“Ah, lo mah gitu. Gak boong kan?” Everist menghardikku.
“Ngapain gue bohong.”
Aku melihat Iban dan Lunetta bertatapan dan saling tanya.
“Beneran, Bio?” Tanya Lunetta.
“Ya kali, gue bohong.”
“Udah sana, Nung, keburu mak tiri ngamuk loh kelamaan.” Iban mengompori.
“SEMANGAT EVERIST! SEMANGAT EVERIST! MAU DAPAT DOORPRIZE!” Bang Chandra dan Faris ikut memberikan yel-yel semangat.
Antara ragu dan yakin, Everist akhirnya bangkit dari kursinya setelah Lunetta berhasil meyakinkannya kalau aku benar-benar berkata serius.
EVERIST FIRSTA
Bulu romaku kok merinding ya saat Albio memintaku untuk ke ruangan Bu Tira. Apa ini jebakan Batman? Aduh, aku belum siap nih menghadapi kenyataan tak mengenakan nanti?
Tiba di depan pintu, aku mencoba menarik napas, lalu menghebuskannya pelan-pelan. Kulakukan ini beberapa kali agar detak jantungku berdetak normal.
Namun, sebelum aku ketuk pintu ruangan Bu Tira, makhluk mengerikan itu membuka pintu dengan sendirinya. Di belakangku, Bu Imelda dan Zena saling pandang, dan bertanya-tanya dengan bahasa tubuh mereka. Aku menggeleng, sambil memberanikan diri mengucapkan tiga patah kata.
Aku : Ibu panggil saya?
Mak Lampir : ANDA SIAPA???
DEG.
Aku benar-benar deg-degan. Bagaimana ini? Apa Bu Tira mau kasih tahu aku kalau aku juga kebagian surat peringatan tempo hari waktu Iban menyeret namaku dalam kasus resign berjamaan? Hmm, aku sungguh kacau balau memikirkan hal yang tidak-tidak.
“Masuk!” Bu Tira menyuruhku masuk, tapi dia malah keluar. Sepertinya hendak ke ruangan Finance. Beberapa detik selanjutnya, mak lampir menghampiriku di ruangan panas ini.
“Duduk!” Bu Tira menyilakanku duduk di kursi panasnya. “Albio mana?”
Albio? Tadi bukannya Albio hanya memintaku datang sendirian ke ruangan Bu Tira? Duh, pasti ada yang tidak beres.
Sebelum aku menjawab tidak tahu, Albio muncul dari daun pintu.
“Duduk!” Bu Tira mengeluarkan selembar kertas dan bolpoint warna merah.
Tidak berselang lama, Veronica ikut bergabung dengan kami. Sebenarnya ada apa ya?
“Mana yang lain? Kalau disuruh ngadep tuh pada ngaret. Gak tahu apa ya saya sibuk? Kuteks kamu ganti zebra?” Bu Tira mendumel sembari mengomentari warna cat kuku Veronica yang bertemakan zebra cross. Aku sungguh tak kuasa menahan tawa.
“Kenapa kamu tertawa, Everist? Lucu ya? Saya juga pengen ketawa… Hahaha.” Sumpah, baru kali ini aku melihat Bu Tira agak-agak stres.
Kukira Veronica akan marah karena diledeki kukunya mirip penyeberangan jalan. Tapi, dia juga ikutan tertawa. “Unik kan, Bu? Besok temanya Halloween loh, Bu.”
“Saya gak nanya tuh.”
“Hahaha,” Albio kali ini tak kuasa menahan ledakan tawanya yang renyah. Kumis dan jenggot tipisnya ikut bergoyang senada bibirnya bergerak. Manis sekali dapat melihat seluruh deretan gigi putihnya.
Saat beberapa manusia sudah lengkap menurut Ibu Tiri, Veronica mulai presentasi. Gayanya mirip sekretaris sungguhan. Biasanya kan aku melihat dia tuh kayak abege labil yang super manja.
“Ok, karena sudah komplit, saya mewakili Pak William, ingin menyampaikan beberapa hal dalam meeting siang ini. Udah ngopi belum nih, abang-abang?”
Huhhhh…. Mulai deh dia kecentilan.
“Belum, Neng, bisa seduhin gak?” Wildan dari divisi marketing langsung menjawab semangat.
“Kopi susu ya, Neng, nikmat pasti.” Raka dari divisi IT ikut berkomentar.
“Belum dua kali nih Vero…. Mau buatin lagi gak biar mata Aa berkilau.” Sopian dari divisi design ikut meramaikan komentar nyeleneh.
“Lu pikir mata lu senter bisa nyala.” Ceplos Bu Tira asal jeplak. Aku dan para peserta rapat tertawa lagi. Tumben nih, Bu Tira bisa bercanda. Biasanya dia kaku macam kutu.
“Jadi, bulan depan kan kita mau ulang tahun nih. Kantor kita ya… Nah, Pak William kemarin telepon Vero, diminta untuk membentuk panitia tim. Yang ada sekarang nih di ruangan Bu Tira, itu hasil seleksi Bu Tira dan Pak William ya, bukan dari Vero.” Veronica membuka tutup spidol dan menuliskan nama panitia di papan tulis.
“Albio dan Everist bertugas untuk budgeting, survey lokasi, dan dekorasi ruangan ya... Albio juga bertugas sebagai documenter juga.”
“Banyak amat tugas gue, Ver.” Protes Albio.
“Hehehe. Karena yang jago photographer kan Cuma Abang Albio. Biar kenangannya manis kayak Bang Bio. Hehehe.”
Duh, jago benar nih Veronica merayu Albio. Pantas saja Willy Love You betah lama-lama punya sekretaris seperti dia. Aku perhatikan muka Albio ditekuk dan bibirnya sedikit maju. Dia seperti keberatan mengemban tugas-tugasnya. Tapi, lucu juga kalau melihat Albio kesal.
“Nah, Raka, Devi, Lana, dan Eva seksi konsumsi, atur catering dari berangkat sampai selesai. Serta Anggarannya tolong info ke Albio dan Everist. Untuk pembayaran nanti bisa langsung kontak tim finance. Budgetnya tolong dibuatkan proposalnya dulu ya, Bio ganteng... “
Ih, Veronica demen banget sih godain cowok, heran gue.
"Untuk dekor jangan berdua aja dong, pasti ribet harus naik-naik tangga, dan banyak perintilannya." Albio mengusulkan pendapatnya.
Benar juga sih, kalau hanya berdua, repot banget pasti.
"Ok, nanti Raka dan Devi ikut bantu ya."
"Vero bantu apa?" Raka iseng menggoda.
"Vero ngapain ya? Jadi seksi pengawas kali ya. Hehehe"
GUBRAK!!!
"Lokasinya mau ambil di mana?" aku mulai mencari-cari tempat bersantai paling eksotis nan menenangkan jiwa.Duh, gak kebayang kalau liburan nanti bareng Albio, kemana-mana berdua karena ditugaskan bersama.
Namun, belum selesai aku mengkhayal, Albio mencubit lenganku. Aw, sakit sekaliiiiii...
"Terserah, mau pantai, puncak, atau pulau." Ucap Veronica.
"Kita ke puncak saja. Terserah mau Bogor atau Bandung." Bu Tira buka suara.
Ok, kalau cluenya sudah dapat kan enak. "Ke Bandung saja kalau begitu, Bu. Nanti saya akan pilihkan beberapa referensi tempat yang bagus buat petualangan kita.” Celetukku girang.
"Kamu enak masih muda bisa lari-lari, lah saya, encok yang ada." Bu Tira komplain. Peserta rapat senyum-senyum simpul, tidak berani tertawa keras, takut disetrap.
"Terus nanti, ada buat seragam juga gak? Biar saya carikan langsung. Mau warna apa bu? Tahun kemarin kan biru, gimana kalau sekarang ungu. Biar anti maInstream." Dika mengusulkan ide.
“Jangan ungu ah, gue gak suka. Kayak terong.” Aku langsung memotong usulan aneh Dika.
“Pink aja. Hehehe.” Veronica mengusulkan ide yang lebih aneh.
“Jangan pink dong, nanti yang cowok gak maco lagi. Jadi kalem kayak Vero.”
Aku setuju dengan Wildan, nanti Albio yang ganteng jadi cantik, kan gak lucu. Huhuhu.
“Kalau bisa warna cerah." Usul Bu Tira.
"Acaranya nanti di sana ngapain aja, Ver? Biar kita ada gambaran nih." tanya Albio.
“Kalau Vero diskusi dengan Bu Tira, di sini ada games gemez dan pentas seni. Nanti tolong buat kelompok ya, Devi dan Dika. Per kelompok maksimal 10 orang. Gabung divisi ya."
"Asik, ada pentas seni. Seru banget pasti.”
"Ada tukar kado juga gak?" tanyaku menggebu-gebu. Bagian ini yang paling aku suka saat outing kantor.
"Ada dong, budgetnya per orang 100.000 ya. Kwitansinya nanti disertakan di kado.
"Doorprise ada juga kan?" Nah, Albio mewakili pertanyaanku selanjutnya.
"Mmm... Ada gak Bu Tira?" Veronica melempar pertanyaan kepada Mak Lampir yang sedang memperhatikan kami satu per satu macam guru BP.
"Ada gak ya? Lihat nanti saja."
Ah, jawaban Bu Tira tidak memuaskan. Penonton kecewa deh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar